Minggu, 01 Juli 2018

contoh essai


Saya, Generasi Emas kebanggaan Bangsa indonesia
                 Saya terlahir disebuah perkampungan kecil di daerah Sumbawa bernama Desa Mapin Kebak. Saya terlahir disebuah keluarga sederhana dan sangat mengedepankan pendidikan, tak jarang orang tua bersikap keras jika sudah berkaitan dengan pendidikan saya. saya menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDN NO.2 Mapin Kebak. Setelah menempuh pendidikan 6 tahun di SDN 2 Mapin Kebak, saya memberanikan diri untuk melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di Kota Alas tepatnya di SMPN 1 ALAS yang merupakan satu - satunya sekolah terbaik dikota kecamatan alas dan kecamatan Alas Barat. Berbekal semua prestasi yang pernah saya raih sebelumnya, mulai dari peringkat 1 kelas berturut – turut selama 6 tahun, menjadi perwakilan sekolah dan perwakilan kecamatan dalam Olimpiade matematika dan PASIAD selama tiga tahun berturut – turut dan juara 1 Ujian Nasional tingkat kecamatan, akhirnya saya diterima dan menjadi siswa pendaftar terbaik 2. Alasan saya lebih memilih untuk lanjut di kota adalah karena menurut saya kualitas pendidik dan fasilitas sekolah di kota lebih memadai daripada yang di desa. Saya juga ingin mendapatkan relasi yang luas serta pengalaman yang berbeda. Selama 3 tahun menempuh pendidikan disekolah menengah pertama, saya telah mengukir beberapa prestasi diantaranya, saya selalu masuk kedalam 3 besar juara kelas dan juara paralel, saya juga menjadi juara 1 dalam lomba baca puisi, juara 2 dalam olimpiade fisika tingkat kecamatan Alas, dan juara 4 Ujian Nasional tingkat sekolah.
                 Selanjutnya, saya mencari informasi tentang Sekolah Menengah Atas, dan sayapun menjatuhkan pilihan untuk melanjutkan pendidikan saya di pondok pesantren Abu Hurairah Mataram. Namun niat saya terhalang oleh restu orang tua yang sangat tidak mengizinkan saya untuk sekolah ditempat pilihan saya. Alasan terkuat dari orang tua adalah mereka sangat ingin saya mendalami ilmu eksak matematika dan mereka berharap kelak saya akan menjadi seorang guru matematika. Saya berusaha meyakinkan mereka bahwasannya walaupun nantinya saya dipondok, saya akan tetap mendalami ilmu matematika, dan saya meyakinkan mereka bahwasannya selain mendapatkan ilmu dunia, dipondok juga saya akan belajar ilmu agama yang sebenarnya lebih penting untuk pegangan hidup saya. Dan akhirnya orang tua saya mengizinkan saya untuk mengikuti alur demi alur pendaftaran, akhirnya saya ditetapkan menjadi santri di SMA IT Abu Hurairah Putri Mataram. Saya merupakan orang yang sangat pantang menyerah, pertama kali menjalani kehidupan dalam dunia pondok, saya sangat sulit untuk beradaptasi, bahkan saya pernah berfikir bahwasannya saya tidak bisa lagi mengukir prestasi, namun dari pihak orang tua selalu menyemangati dan akhirnya saya bisa menjadi juara 1 selama 3 tahun di sekolah. Saya juga telah menghafal 11 juz al – qur’an, saya merupakan juara 1 penghafal hadits terbaik dengan jumlah hafalan 305 hadits, dalam Festival Abu Hurairah saya menjadi juara 1 pada kategori lomba pidato bahasa indonesia dan juara 3 dalam kategori sya’ir bahasa arab, ditahun terakhir saya menjadi perwakilan dari provinsi Nusa Tenggara Barat dalam lomba matematika nasional oleh HIMATIKA FMIPA UGM..
                 Setelah dikatakan  lulus dari Sekolah Menengah Atas, saya dan orang tua setuju untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Alasan saya memilih Universitas ini adalah karena universitas ini berlatar belakang pendidikan dan sesuai dengan cita – cita saya yaitu menjadi guru yang kebanyakan orang menyebutnya pahlawan tanpa tanda jasa. Alasan lain adalah karena saya telah melihat prestasi – prestasi yang ditorehkan oleh mahasiswa Universitas Negeri Yogyakata serta akreditasi pada jurusan yang saya inginkan telah terakreditasi ‘A’. Saya lulus setelah mengikuti seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri ( SBMPTN ).  Dari pihak orang tua, saya disarankan untuk mengambil jurusan pendidikan matematika namun saya sangat ingin di jurusan pendidikan fisika, karena saya merasa tertantang untuk menanamkan dalam diri siswa bahwasannya fisika itu sangat mudah, walaupun saya sendiri merasakan fisika itu cukup sulit tapi saya yakin dengan tekad dan kemauan keras, tujuan saya akan tercapai. Dan orang tua saya akhirnya menetujui saya untuk kuliah dijurusan pendidikan fisika. Di jurusan pendidikan fisika sendiri, lulusannya tidak hanya bisa menjadi guru tau dosen, namun bisa juga ditempat lain yang berkaitan dengan ilmu fisika. Namun saya sendiri memang benar – benar ingin menjadi guru, karena menurut saya guru itu memiliki keistimewaan tersendiri, di dunia dihargai dan di akhirat sangat dicintai. Sesuiai prinsip hidup saya, bahwasannya hasil tidak akan pernah menghianati proses dan usaha, saya sangat pantang menyerah dalam menghadapi inci demi inci permasalahan dalam perkuliahan saya saat ini. Jika saat ini IPK (Indeks Prestasi Kumulatif ) saya masih terbilang rendah, karena saya masih beradaptasi dengan sulitnya dunia perkuliahan, tapi saya yakin dan saya berjanji pada diri saya sendiri bahwa saya harus melakukan usaha yang lebih untuk hasil yang lebih baik.
                 Dalam dunia perkuliahan, saya tidak hanya menghabiskan waktu untuk fokus ke dunia akademik saya, tapi saya juga aktif di dalam sebuah organisasi. Hal ini saya lakukan karena untuk menjalani duni kerja, kita tidak hanya dinilai dari segi kognitif saja tapi public speaking juga sangat dibutuhkan. Organisasi yang saya ikuti memiliki latar belakang seni dan bernama Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas “Kelompok Sekrup”. Saya tertarik ikut karena saya ingin mengembangkan hobi saya dibidang sastra dan teater. Semenjak aktif menjadi anggota, saya telah mengikuti satu pentas sebagai program kerja terbesar dari organisasi saya yaitu Pentas Raya Eternal Sekrup dengan naskah adaptasi berjudul ZETAN. Saya disini sebagai aktris, dan karena tampil inilah saya mendapatkan SK yang kedepannya akan bermanfaat bagi perjalanan pendidikan saya. Sekarang saya bukan hanya menjadi anggota, tapi telah menjadi pengurus staff sastra teater.
                  Untuk meringankan beban orang tua dirumah, saya sering mencari informasi tentang beasiswa dan untuk pertama kali saya memberanikan diri untuk mendaftar di Beasiswa Unggulan 3T, mengingat biaya hidup dan biaya perkuliahan yang sangat tinggi. Bicara biaya hidup, saya harus menghemat pengeluaran saya untuk menutupi kebutuhan lain. Seringkali saya mengurangi nominal uang yang saya butuhkan ketika meminta kepada orang tua, hal ini semata – mata untuk meringankan beban mereka, meskipun nantinya saya harus benar – benar menghemat jatah bulanan saya, tapi saya senang karena dengan cara itulah saya bisa membantu dan mempermudah orang tua saya dirumah. Dengan berbekal niat, usaha dan doa dari keluarga, saya yakin Allah juga akan mempermudah urusan saya kedepannya. Dengan segala prestasi yang saya torehkan, saya bertekad untuk terus melukis prestasi demi prestasi untuk diri saya, keluarga dan untuk bangsa indonesia. Saya yakin, nantinya saya akan menjadi seorang pendidik yang mampu memberikan pengajaran yang baik bagi anak – anak bangsa yang kelak akan memajukan bangsa ini. Dan saya sebagai generasi emas saat ini, akan terus membanggakan bangsa agar menjadi kebanggan bangsa.

                                                                                                Yogyakarta, 15 April 2018

                                                                                                             Nini Noor Hafiza

Minggu, 20 Mei 2018

puisi rindu


CAHAYA KEBAHAGIAAN


Di balik rimbunan duri itu

Sosok semu terpaku
Membisu menahan pilu
Lalu seketika ombak merayu
Menyampaikan duka kenangan lalu
Perlahan nan pasti melangkahlah kaki
Menapaki dalamnya lautan luka
Deburan demi deburan menghempas kehidupan
Dia tak sanggup melawan hingga akhirnya
Tenggelam dalam keterpurukan
Betapa indahnya cahaya itu
Seakan tak ingin semua berlalu
Jiwa pun meneriakkan rasa
Ingin melangkahkan raga merasakan  bahagia
Perlahan dinikmatinya ketenangan
Kesejukan dalam indahnya kasih sayang
Dan saat semua terasa penuh sesak akan cahaya
Seketika sosok itu kembali terjebak dalam belukar rindu
Dengan berani ia kembali berdiri
Berlari dan terjatuh lagi
Namun kegigihan tak pernah mati
Meski raga tertimbun duri
Masih ada jiwa yang terikat pada ILAHI
Ketika ia terjebak dalam labirin ambigu
Ia terus mengadu pada pemilik rindu
Namun bukan berarti ia mengeluh
Hingga akhirnya sosok tangguh terbangun dari buruknya masa lalu
NINI NOOR HAFIZA ( @Fiza_almy )
    Yogyakarta, 3 desember 2017